“I Can Speak” : Meminta Keadilan Untuk Didengar
April 3, 2021 2021-07-23 12:34“I Can Speak” : Meminta Keadilan Untuk Didengar
Satu lagi film haru biru yang sangat recommended untuk disaksikan sembari mengisi waktu luang, ketika bosan di rumah. Meskipun ini film Korea, namun sangat jauh dari drama percintaan seperti pada umumnya. Meski tidak secara detail membahas soal permasalahan hukum, namun ada isu besar yang diangkat dari film ini. Meski ini film lama, tapi masih sangat relate untuk dilihat sekarang lho. Penasaran, tentang apa sih filmnya? Yuk simak penjelasan berikut ini. Jangan lupa siapkan tisyu ya!

I Can Speak adalah film Korea yang rilis pada tanggal 21 September 2017. Baru dua hari penayangan, Ia telah menduduki puncak box office Korea Selatan. Ia merupakan film berdasarkan kisah nyata. Bercerita tentang seorang Pegawi Negeri Sipil, Park Min Jae (Lee Je Hoon) yang dipindah tugaskan ke wilayah baru di Seoul bagian pelayanan publik dan seorang nenek yang bekerja sebagai penjahit, Na Ok Boon (Na Moon Hee).
Nenek Ok Boon setiap hari selalu mendatangi kantor Park Min Jae untuk membuat pengaduan atas kejadian-kejadian yang ditemui di sekitarnya. Pegawai lama yang sudah mengetahui kebiasaan si nenek banyak yang tidak mau menghadapi nenek dan menugaskan Min Jae untuk menerima seluruh komplain dari sang nenek. Ia adalah sosok perempuan yang tinggal di sekitar pasar. Setiap menemukan orang yang melakukan kesalahan, Ia tak segan mengadukannya kepada pusat pelayanan public Korea. Beberapa laporannya adalah untuk membela dan menyelamatkan orang-orang pekerja pasar di lingkungan rumahnya yang seringkali bermasalah dengan agen properti. Perusakan properti, penyerobotan batas tanah, adalah masalah yang pernah dilaporkan dan ditangani oleh pusat pelayanan public.

Nenek Ok Boon, dalam usianya yang tak lagi muda, sedang berupaya keras untuk belajar Bahasa inggris. Sementara itu, Park Min Jae adalah pegawai yang mahir berbahasa Inggris. Nenek Ok Boon mengetahuinya dan meminta tolong untuk membantu mengajarinya agar bisa fasih berbicara dalam bahasa Inggris. Alasan yang disampaikan nenek Ok Boon untuk bisa berbicara bahasa Inggris yaitu agar bisa bicara dengan adiknya yang telah lama tinggal di Amerika karena adiknya itu tidak bisa bicara bahasa Korea.
Film I Can Speak memperoleh penghargaan dan rating yang bagus. Jika dilihat dari awalnya, tentu banyak yang mengira ini adalah sebuah film komedi tentang seorang nenek yang belajar bahasa Inggris kepada seorang pegawai. Namun, jika kita mengikutinya perlahan, ini adalah sebuah film haru biru tentang kesaksian seorang nenek pada kongres hukum internasional Hak Asasi Manusia, yang dijadikan budak seks tentara jepang saat perang dunia kedua pada 13 tahun. Hal itulah yang melatarbelakangi keinginan nenek Ok Boon belajar bahasa Inggris. Kisah tentang wanita penghibur ini akhirnya banyak diketahui oleh khalayak atas kesaksian Nenek Ok Boon. Pada akhirnya film ini menceritakan sejarah dengan topik yang lebih mendalam dan menciptakan emosi lain bagi penonton.

Nenek Ok Boon memberikan pernyataan di Kongres Amerika tahun 2007 melalui HR121 dengan kesaksian dan pesan yang menyentuh serta mengharukan. Setelah sekian lama bersembunyi, Ia akhirnya memberanikan diri untuk memberikan kesaksian. Keberanian tersebut muncul karena pesan wasiat dari sahabatnya yang sedang dalam kondisi koma. Ini adalah bagian paling mengharukan dalam film ini. Pesan yang disampaikan nenek Ok Boon begitu mengena, ia sungguh-sungguh ingin belajar bahasa Inggris agar dapat memberitahukan kepada dunia tentang yang terjadi selama masa PD II dan mungkin belum banyak yang mengetahui tentang isu wanita penghibur tersebut.
Dalam kongres tersebut, Ia mau memberikan kesaksian agar pemerintah Jepang yang menolak meminta maaf pada wanita penghibur, secara formal mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada seluruh wanita penghibur yang masa kecilnya sudah direnggut dan menderita selama hidupnya. Ia juga meminta agar selalu mengingat sejarah kelam tersebut agar tidak terulang lagi.
Sebagai salah satu daerah jajahan Jepang, Korea juga mengalami perbudakan seks, di mana anak-anak perempuan dijadikan “mainan” para anggota militer Jepang. Mereka disebut sebagai comfort women. Mereka diambil dan dipisahkan dari orang tuanya untuk dibawa ke semacam brotel dan dijadikan pekerja seks untuk para anggota militer Jepang. Sedihnya lagi, pekerja seks ini nggak hanya orang dewasa atau remaja, tetapi juga anak-anak. Pekerja-pekerja seks ini seringkali mendapatkan perlakuan tidak baik dan bahkan sampai disiksa. Setelah Korea merdeka dari penjajahan Jepang, nasib para budak seks ini nggak lantas membaik. Karena dipisahkan dari orang tuanya, akhirnya mereka harus hidup sendiri. Ketika orang lain tahu bahwa mereka bekas budak seks, mereka juga mendapatkan perlakuan nggak baik atau dipandang sebelah mata.

Di Indonesia, comfort women ini disebut dengan jugun ianfu. Perjuangan jugun ianfu di Indonesia juga tidak kalah berat dengan jugun ianfu di Korea (dikenal dengan istilah wi an-bu). Beberapa kelompok advokasi dengan gencarnya menuntut keadilan bagi para wanita korban perbudakan seks di era kolonial Jepang. Sementara, nasib para wanita ini setelah hengkangnya Jepang dari Indonesia tidak lantas membaik. Sama seperti halnya korban perbudakan seks di Korea, wanita-wanita ini harus menyembunyikan lukanya. Ada sebagian yang tidak pulang ke kampung halamannya karena takut jadi bahan cibiran atau mendapatkan label “bekas Jepang”. Ada juga yang memilih tidak menikah.
Film ini mencoba untuk memberikan keadilan untuk mereka yang mengalami penyiksaan fisik dan mental yang ditanggung selama hidupnya. Tidak mudah membuka diri untuk menyampaikan kejadian yang sebenarnya. Pesan yang ingin disampaikan sutradara Kim Hyun Seok melalui judul filmnya adalah tentang keberanian untuk berbicara dan menyampaikan sesuatu. Ia merupakan suatu pesan yang mendalam agar kejadian seperti itu, termasuk pelecehan seksual tidak seharusnya disembunyikan. Perempuan seharusnya tidak tinggal diam, karena kita bisa bicara, dan kita harus bicara meskipun banyak orang yang akan menentang dan berusaha membuktikan bahwa kita salah.
Semoga ada yang bisa kita pelajari bersama dari film tersebut. Selamat menonton
Comment (1)
Sengketa Waris untuk Suami, Apa Hukumnya? – IDLC
[…] Baca juga : “I Can Speak” : Meminta Keadilan Untuk Didengar […]